Frithjof Schuon

7/19/2010

Frithjof Schuon (1907 – 1998) merupakan salah seorang pemikir kontemporer yang bersikap sangat kritis terhadap kelompok anti agama yang ada dalam masyarakat modern. Sifat ini dinilainya telah menimbulkan berbagai masalah kemanusiaan. Untuk itu ia menyerukan agar sisi spiritual kehidupan manusia kembali dikembangkan. Pemikirannya tersebut bermula dari ketertarikannya pada metafisika, yang kemudian mengantarkannya kepada penelusuran tentang khazanah pemikiran dan ekspresi kesenian dalam hampir seluruh tradisi keagamaan dan spiritual di dunia. Dari penelusurannya itu, ia sampai pada kesimpulan bahwa seluruh tradisi keagamaan dan spiritual umat manusia mengajarkan hal yang sama. Karena itu ia menawarkan apa yang disebutnya sebagai “Filsafat Perenial”, yang menyatukan manusia dan agama-agama pada tingkat universal.

Dalam mengadakan pengamatannya tentang tradisi keagamaan dan spiritualitas manusia, Schuon sering mengadakan perjalanan ke berbagai tempat, selain ke beberapa negara di dunia Timur, ia bersama istrinya juga pernah mengunjungi suku Indian Sioux dan Crow di benua Amerika. Hasil pengamatannya kemudian ia tuangkan dalam tulisannya.

Frithjof Schuon

Ketika berkunjung ke Aljazair ia sempat bertemu dengan seorang sufi besar, Syekh Muhammad Al-Alawi, sementara saat ke Mesir, ia bertemu untuk pertama kalinya dengan Rene Guenon, filsuf dan orientalis terkemuka di Perancis yang sangat ia kagumi. Dari karya – karya Guenon inilah ia memperoleh semacam dukungan atas kecenderungan intelektualnya. Selain itu karya – karya tersebut juga memberi dukungan yang berarti terhadap prinsip – prinsip metafisika yang mulai ditemukannya di usia muda.

Schuon tumbuh dalam sebuah keluarga yang berbudaya. Selain music (Ayahnya adalah seorang pemain biola), kehidupan masa kecilnya juga diperkaya dengan tradisi kesustraan dan spiritualitas. Schuon kecil tinggal di Basle Jerman hingga ayahnya wafat. Setelah itu ia dibawa ibunya kembali ke keluarga mereka di Mulhouse Perancis, di mana ia diwajibkan menjadi warga negara perancis. Setelah menjalani sekolah dasar di Jerman, ia melanjutkan sekolahnya di Perancis, karena itu, sejak kecil ia sudah menguasai kedua bahsa negara tersebut.

Setelah menjalani wajib militer di Perancis, ia menetap di Paris, kehidupan kebudayaan Paris memungkinkannya untuk bersentuhan dengan berbagai bentuk kesenian tradisional, khususnya Asia, yang ia kagumi sejak muda. Ia juga tertarik dengan Islam sehingga masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Muhammad Isa Nuruddin.

Saat Perang Dunia II pecah, Schuon kembali ke Eropa. Setelah mengabdi pada angkatan perang Perancis, ia mencari suwaka di Swiss yang memberinya kewarganegaraan. Ia menetap di sana selama 40 tahun dan mulai menulis buku dan article sehingga menjdi terkenal sebagai perintis dan tokoh utama gerakan yang disebut Tradisionalisme atau Perenialisme. Kediamannya di Swiss sering dikunjungi para pemimpin agama, sarjan, dan pemikir internasional, baik dari timur maupun barat. Bukunya yang sangat terkenal adalah Understanding Islam. Buku ini mendapat sambutan baik dari dunia Islam. Sayid Hussein an-Nasr, seorang ahli sejarah dan filsafat, misalnya, menyebut karya Schuon itu sebagai buku terbaik tentang Islam sebagai agama dan tutunan hidup.

Previous
« Prev Post
Add CommentHide

Back Top